
"kita menderita bukan karna KENYATAAN tapi karna gak mau TERIMA KENYATAAN"

I'm a title. Click here to edit me
I'm a paragraph. Click here to add your own text and edit me. It’s easy. Just click “Edit Text” or double click me to add your own content and make changes to the font. Feel free to drag and drop me anywhere you like on your page. I’m a great place for you to tell a story and let your users know a little more about you.
?
This is a great space to write long text about your company and your services. You can use this space to go into a little more detail about your company. Talk about your team and what services you provide. Tell your visitors the story of how you came up with the idea for your business and what makes you different from your competitors. Make your comd to the Wix Blog!




Papa dan Mama Beda Pendapat
Pernah nggak sih teens kamu ngalamin situasi ketika orang tua kita berbeda pendapat dalam hal membuat peraturan? Misalnya nih: Mama ngelarang, Papa ngebolehin. Sebagai contoh: kita minta izin ke orang tua untuk menghadiri pesta teman kita. Mama ngizinin, eh, Papa ngelarang. Atau, sebaliknya, Mama ngelarang, Papa bilang boleh.
Oke. Untuk harus pilih untuk ngelakuin yang mana, kayaknya kebanyakan pada milih yang mana sesuai dengan permintaan kita yah. Hehe. Actually, sebenernya, untuk ngelurusin masalah ini, supaya nggak terjadi perbedaan pendapat dan peraturan di antara kedua orang tua –intinya ya di kedua orang tua kita.
Kalu ortu berbeda pendapat soal peraturan untuk anak-anak mereka, ini bisa dimanfaatin oleh anak-anak. Nah, karena biasanya Mama selalu ngizinin, jadilah kita juga lebih memihak Mama.
Wahai, para orang tua di mana pun Anda berada, juga para remaja di seluruh jagad maya. Sudilah kiranya terus membaca postingan untuk Remaja ini.
Solusinya adalah: YA ORANG TUA JANGAN BERBEDA PENDAPAT.
Eits, tunggu dulu, bukan berarti orang tua nggak bisa beda pendapat. So? Jangan berbeda pendapatnya –DI DEPAN ANAK-ANAK.
Contoh:
Anak ingin pergi bersama temannya. Dia bertanya pada Mamanya. Sebenernya di dalam benak si Mama, dia ngizinin. Tapi, dia menyuruh anaknya untuk bertanya pada Papa saja. Papanya ngelarang. Si Mama tetep menahan diri untuk ngebantah si Papa di depan anak.
Apa pelajarannya yang bisa orang tua terapin?
Hargai Papa sebagai kepala keluarga. Pahami posisi dan peranan masing-masing di dalam keluarga. Dari contoh tadi, Mama paham kalau bukan dia yang seharusnya mengambil keputusan.
Mama bisa ngasih pendapatnya –dengan cara yang merespek. Bukan berarti Mama nggak bisa ngasih kontribusi untuk keputusan Papa. Tapi, kalu bisa yah, jangan di depan anak, apalagi dengan cara main bantah aja. Kenapa? Supaya anak nggak bingung. Jadi, Mama dan Papa bisa ngebicarain hal tersebut empat mata aja.
Buat anak-anak, ceritanya sekarang dari pihak kita nih yaa:
Kalu orang tua berbeda pendapat, coba deh teens nggak memihak salah satu karena keputusannya sesuai dengan yang kita mau, dan menyudutkan yang lainnya. Caranya:
Inget poin pertama yang di atas: Hargai Papa sebagai kepala keluarga. Kalu misalnya, Mama ngebolehin, tapi Papa ngga ngebolehin. Pilih ajah untuk nurutin apa yang Papa bilang.
Gimana kalu Papa ngebolehin tapi Mama nggak ngebolehin? Kalu kamu pilih untuk menunda keinginanmu itu, sebenernya nggak akan bikin Papa marah kan? Tapi, kalu kita lebih milih untuk melaksanakan keinginan kita, tapi Mama ngga ngebolehin, ada pihak yang nggak senang kan?
Opsi lainnya: coba ceritakan dan jelasin dengan baik-baik keinginan kita itu. Misal tadi, mau pergi sama teman. Nah, kasih tau, kenapa kita harus pergi, dsb. Trus, bilang ke Mama-Papa: “Mama dan Papa nggak perlu ngedebatinnya di sini. Aku bisa nunggu kok keputusannya dan nerima apa pun keputusan, setelah Papa dan Mama berunding dan mencapai kesepakatan.”
Intisari diperoleh dari:
Sihombing, Helda. (16 November 2010). Papa dan Mama Beda Pendapat. Diperoleh 24 Mei 2014 dari http://helda.info/2010/11/papa-dan-mama-beda-pendapat/.